Di zaman serba canggih ini telah banyak negara membicarakan sport
science, dimana dengan menerapkan berbagai disiplin ilmu seperti fisiologis,
psikologis, kedokteran olahraga, biomekanika, nutrisi, dan lainnya yang saling mendukung
secara harmonis untuk menjadikan atlet yang tanggung demi tercapainya prestasi
tertinggi.
Dengan adanya sport science tentu akan lebih mudah untuk
mengarahkan seseorang yang memiliki bakat pada cabang olahraga tertentu karena
faktor genetik, kondisi fisik dan lingkungan setiap individu telah di analisa
dengan baik oleh ahlinya masing-masing.
Bicara bakat, pada tulisan kali ini saya akan mencoba menganalisa
dalam sudut pandang genetik yang terlihat dari postur tubuh seseorang, lalu
kondisi fisik yang bisa diketahui melalui serabut otot dan lingkungan tempat
seseorang itu tinggal.
1. Faktor
Genetik
Masing-masing orang memiliki ciri
khasnya sendiri, apalagi bicara tentang masalah postur tubuh yang tentu saja
hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik dari keturunan. Secara umum postur
tubuh terbagi menjadi 3 tipe, yaitu Ektomorf, Endomorf dan Mesomorf.
A. Ektomorf
1. Bertubuh tinggi dan terlihat kurus
2. Berleher ramping dan panjang
3. Pergelangan kaki dan tangan kecil
4. Cenderung memiliki kadar lemak tubuh
yang rendah
5. Sulit mengembangkan massa otot
6. Metabolisme cepat
B. Endomorf
1. Berbadan besar dan terlihat gemuk
2. Besar pada bagian paha, pinggang dan
perut
3. Memiliki tulang besar
4. Bentuk wajah bulat
5. Cenderung memiliki lengan dan tungkai
kaki yang pendek
6. Cenderung memiliki kadar lemak yang
tinggi
7. Tubuhnya lebih mudah dibentuk menjadi
otot
8. Metabolisme lambat
C. Mesomorf
1. Bertubuh atletis dan terlihat
proporsional
2. Cenderung berotot walau belum
terlatih
3. Bertulang besar
4. Berbahu lebar
5. Berpinggang sempit
6. Metabolisme cepat
2.
Kondisi
Fisik: Serabut Otot
Setelah kita menganalisa dari segi
postur tubuh, untuk lebih mempertajam proses pengarahan atlet pada cabang
olahraga yang tepat, kita dapat membagi berdasarkan karakteristik fisiologis
dasar dari sistem energi dominan yang dikuasai atlet tersebut, apakah cenderung
pada cabang olahraga aerobic atau anaerobic.
Cara yang paling sering dilakukan
oleh ahli dengan melihat serabut otot yang dimiliki atlet tersebut dengan
proses biopsi atau dengan mencungkil sebagian kecil jaringan otot untuk
mengetahui tipe serabut otot. Secara umum ahli fisiologis membagi serabut otot
menjadi satu serabut lambat (slow fiber) dan dua serabut cepat (fast fiber).
A. Serabut Lambat (Slow fiber)
1. Type I, serabut otot ini disebut juga sebagai Slow-twitch fiber/Slow Oxidative (SO). Dapat disimpulkan dari namanya, otot ini memiliki oksidatif tinggi dan tahan lelah, berkontraksi dengan rileks dan perlahan.
1. Type I, serabut otot ini disebut juga sebagai Slow-twitch fiber/Slow Oxidative (SO). Dapat disimpulkan dari namanya, otot ini memiliki oksidatif tinggi dan tahan lelah, berkontraksi dengan rileks dan perlahan.
B. Serabut Cepat (Fast Fiber)
1. Type IIa, serabut otot ini disebut
juga Fast Oxidative Glycolityc (FOG)
2. Type Iix, serabut ini disebut juga
Fast Glycolytic (FG)
Kedua jenis serabut otot tersebut
besar dan kuat, dengan kemampuan metabolisme anaerobic sedang sampai
tinggi. Perbedaan utama antara keduanya
adalah serat FOG memiliki kapasitas oksidatif dan anaerobic moderat (sedang)
yang memberikan type IIa lebih tahan lelah dibandingkan dengan FG yang murni
anaerobic dan mudah lelah.
Karena biopsi tergolong sulit
dilakukan dilapangan apalagi proses ini perlu pendampingan secara benar dan
tepat dari para ahli, biasanya proses lain dilakukan dengan test koomponen
kondisi fisik dimana test tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan
keterampilan yang paling dominan dikuasai oleh masing-masing individu.
3.
Lingkungan
Bakat atlet baik secara fisik maupun mental akan terbentuk
dari lingkungan dimana dia tinggal, selain faktor genetik dan serabut otot.
Pengaruh dari kondisi suatu daerah dan orang-orang disekeliling atlet tersebut
juga dapat dijadikan sebagai data.
A. Kondisi
Daerah
1. Ketinggian
Semakin
tinggi suatu daerah maka semakin tipis oksigen. Orang yang hidup pada ketinggian
memiliki sistem cardiovascular lebih baik karena dalam menjalankan hidup
sehari-harinya sudah terlatih dengan kondisi oksigen yang tipis. Maka ada
istilah bagi atlet-atlet daya tahan yaitu “living high, training low.”
2. Berbukit
Kondisi
derah yang berbukit terkadang menyulitkan transportasi mesin untuk mencapai
daerah tersebut sehingga kebanyakan orang-orang perlu berjalan terlebih dulu
melewati bukit-bukit yang kadang terjal untuk mencapai kendaraan, sehingga
dengan alamiah otot-otot terlatih dan menjadi semakin kuat.
3. Banyak Kegiatan Olahraga
Kondisi
daerah yang sangat mendukung masyarakatnya untuk menjadikan olahraga sebagai
gaya hidup dan tolak ukur prestasi dengan banyak mengadakan kegiatan-kegiatan
olahraga akan lebih mudah menyaring atlet-atlet berbakat.
B. Orang – Orang Sekitar
Faktor eksternal seperti lingkungan masyarakat yang keras atau penuh tatakrama sangat berpengaruh pada mental atlet, hal ini dimulai dari pengaruh keluarga, tetangga, dan orang-orang lain disekitarnya. Misalkan, fighter biasanya berasal dari kehidupan lingkungan yang keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar